Tampilkan postingan dengan label All the Theatrical. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label All the Theatrical. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 April 2011

All the Theatrical (5)


       “oh iya al, tunggu yah.” Ucap ku sambil cepat-cepat menagmbil buku.
Setelah ku sudah memberi buku nya kepada alfa, tiba-tiba alfa menanyakan hubungan ku dngan clief. Dia ternyata sudah tau aku sudah berpacaran dengan clief, dan dia seperti biasa langsung saja meninggalkanku dengan tidak berpamitan.
Aku sangat bingung dengan keputusanku berpacaran dengan clief, aku takut menyesal alfa jadi tidak senang kepadaku karena aku berpikir dia sudah mulai menyukaiku. Aku terus saja memikirkan itu semalaman yang tidak ada ujungnya. Tetapi clief sangat perhatian dan terasa canggung karena hubungan kita yang dulu hanya sekedar sahabat saja.
Ke esokan harinya, corin seperti biasa menjemputku lagi. Kita sudah tidak ada masalah lagi semua terlihat senang karena spertinya aku dan dania sudah membaik.
Di sekolah alfa juga sudah tidak menayapku lagi, setiap aku bersama clief dia selalu menghindar dengan wajah yang tidak senang. Aku semakin bingung, apa aku harus putus dengan clief agar alfa bisa menyapaku kembali. Tapi aku sudah suka clief 3 tahun, aku ga mungkin bisa putus dengan clief. “teet..teet..teet” bel pulang sekolah sedah berbunyi.
Clief sudah cepat mendatangiku di kelas, clief cepat-cepat keluar pergi dari kelas dengan cepat. Aku semakin tidak enak, sudah seminguu alfa seperti ini kepadaku padahal baru saja aku senang kepada sikap alfa yang mulai mendekatiku.
“clief, aku ke kelas chaca dulu yah bentar.” Ujar ku dengan cepat pergi.
“iya zi, jangan lama-lama yah. Aku tunggu.” Jawab clief semangat.
Aku langsung pergi ke kelas chaca, dan bertemu tammy yang kebetulan teman alfa. Dia menanyaiku terus hubunganku dengan clief.
“zi, kamu pacaran sama clief? Sama alfa gimana dong.” Tanya tammy mengejek.
“iya aku pacaran sama dia, emang si alfa suka juga gitu sma aku.” Jawabku dengan tertawa.
“siapa tau alfa suka kamu zi, tapi kamu udah pacaran sama clief dia jadi ga mau deketin kamu lagi.” Ujar tammy.
Aku diam dan sedikit menyesal, seharusnya aku tidak menerima clief dulu sebelum aku tau alfa  memang suka kepadaku. Aku pun berusaha untuk tidak bertmeu clief lagi untuk menjaga jarak.
“wieta bilangin aja deh sama clief, aku udah puang duluan gitu.” Suruh ku kepada nya.
“ko kamu gitu sih zi, jahat banget.” Ujar wieta.
“aku bukan jahat gitu wie, tapi aku lagi bingung kaya nya aku putus aja deh sama clief.” Ujar ku semangat.
“apa? Putus? Kenapa? Kamu kan suka clief udah 3 tahun, tapi kamu udah minta putus aja padahal pacaran aja belum lama.” Tambah corin kesal.
“udah deh, bilang aja aku udah pulang.” Jawabku dengan bergegas pulang sendiri.
Malamnya clief menghubungiku, dia terus menanyai keadaanku dan mengapa aku pulang duluan tadi. Aku sangat tidak enak dengan kondisi ini dan alfa pun masih jutek terhadapku. Sms clief pun belum aku balas karena sudah ketiduran.
Pagi-pagi pun disekolah corin sudah datang ke kelasku dengan kesal, seharusnya aku yang kesal karena tadi pagi pun dia tidak menjemputku ke sekolah.
“zi kamu tuh ada apa sih sama clief?.”
“ga ada apa-apa kar.” Jawab ku santai.
“tau ga, kemarin clief tuh nungguin kamu di sekolah sampai sore sendirian. Dia piker kamu tuh belum pulang.”
“serius kar?” tanya ku kaget.
“emang daritadi aku ngga serius apa.” Jawab corin.
“teeett..teett..teet..” bel masuk pun berbunyi.
“yaudah zi, pulang sekolah tunggu aku yah sama clief, jangan kemana-mana. Kita omongin masalah kamu yang jadi kaya gini.” Ujar corin cepat-cepat meninggalkan ku.
Pelajaran terakhir pun sudah selsai, alfa pun masih tidak mau menyapa ku lagi. aku bergegas cepat pulang, dan tidak menemui clief maupun corin. Semalaman au berpikir dan sebaiknya aku segera putus saja dengan clief agar dia juga tidak sakit hati karena aku saat ini sedang menyukai alfa.
Besoknya hana datang ke rumahku, dan aku sedang menunggu sms dari clief karena semalaman dia belum sms aku. Tiba-tiba saat dibicarakan clief pun menghubungiku dan bertanya seperti kesal mengapa kemarin ku tak menemuinya dengan corin. Tetapi aku langsung berkata putus terhadapnya dan meminta maaf tanpa alas an mengapa aku putus dengannya. Clief pun marah, dan dia menyebutku anak kecil. Aku merasa berbuat salah dan mencoba untuk tidak menyesal.
           Esok harinya tommy datang menemuiku, dia marah karena aku putus dengan clief.
“zi lu gitu aja putusin clief, tanpa sebab. Kenapa?” tanya kesal tommy terhadapku.
“iya aku ga bisa jawab itu, maaf yah tom.” Ujar ku.
“dia tuh masih sayang sama kamu zi, omongin baik-baik kamu pacaran lagi aja sama clief dia pasti mau ko.” Suruh tommy kepadaku.
Aku langsung pergi meninggalkan tommy, karena aku pun menyesal sudah putus dengan clief. alfa pun masih sama sikapnya kepadaku, sedikit pun berbicara tidak apalagi menyapa ku lagi.
Tiga hari berlalu dengan keadaan yang sama seperti kemarin, aku mencoba menghubungi clief. tapi dia hanya singkat membalasnya. Tiba-tiba dania sms aku dengan tulisan maaf yang banyak. Ternyata setelah aku jawab dia memberitahuku bahwa sudah berpacaran dengan clief. aku terkejut rasa kecewa, kesal pun mulai muncul seperti saat mereka sedang berpura-pura. Aku masih berpikir apakah mereka sedang berpura-pura lagi.
Esok hari nya aku langsung mendatangi dania disekolah.
“ni apa maksudnya? Jangan pura-pura lagi deh.” Tanya ku.
“maaf zi, aku beneran udah pacaran sama clief, ternyata selama pura-pura kemarin aku suka beneran sama clief. clief juga begitu sama aku zi.” Jawab nya.
Aku teridam, aku tidak menyangka semua keputusanku yang berharap tidak ada yang sakit hati lagi, aku sangat menyesal.
“zi aku udah pacarab sama dania, ini ga pura-pura.” Tambah clief dari belakang.
“oh jadi kaya gini.” Ujar ku kesal dan langsung pergi karena tidak bisa menahan kecewa.
Corin pun menemaniku dengan yang lainnya.
“ini awalnya memang salah kamu zi, tapi aku ga nyangka dania bisa nerima clief beneran.” Ujar hana.
“dania kenapa gitu, dia tega sama aku han. Aku ga mau bertengkar sama dia karena masalah lelaki lagi.” ujar ku sedikit mengeluarkan air mata.
Semua terdiam dan tidak ada yang berbicara sedikit pun, aku mulai menerima semuanya. Aku pun tidak mau bertengkar dania lagi. apa arti lelaki dibandingkan dengan sahabat yang sudah menemaniku selama bertahun-tahun.
Hari-hari berlalu dengan aku masih belum bisa menerima hubungan clief dengan dania, tapi aku mencoba untuk tidak apa-apa di depan mereka. disaat clief mengajak ku mengobrol dengan asik, dania cemburu terhadapku dengan wajah yang jutek pun dia meninggalkanku dengan clief yang saat itu sedang mengobrol bersama. Aku pun tidak mau membuat masalah lebih besar lagi, aku mulai membatasi jarak dengan clief agar dania tidak marah lagi terhadapku.
Alfa pun sudah sedikit mulai berubah seperti waktu itu, dia mulai menyapaku kembali. Tapi dia tidak pernah mengajak ku mengobrol. Ternyata aku diberitahu wieta dan hana, alfa sudah berpacaran dengan nissa. Aku tidak percaya ini, semula aku memutuskan clief karena aku ingin lebih dekat dengan alfa. Tetapi semua itu membuatku merasa benar-benar menyesal, semua nya menyalahkanku karena keputusan yang konyol tanpa sebab itu.
Saat aku di aula mendegar perkataan wieta dan hana, tiba-tiba tammy lewat dihadapanku.
“tam, aku mau ngobrol dulu sebentar.” Pinta ku kepadanya.
“iya, ada apa zi?” ujar tammy.
“kata kamu, mungkin alfa suka sama aku kan, tapi kenapa dia bisa pacaran sama nissa? Kata kamu dia ga suka sama nissa.” Tanya ku dengan kesal.
“maaf zi, aku ga tau bisa kaya gini. Setelah aku kasih tau tentang semua itu ke kamu alfa cerita semuanya ke aku.” Ujar tammy dengan nada yang bersalah.
“maksud nya tam?” ujar ku.
“maaf yah zi, tapi aku ga enak ngomongnya harus gimana.” Ujar tammy.
“apaan tam, kalau kamu ga  mau ngasih tau sama aku malah buat aku marah sama kamu.” Ujar aku kesal.
“jadi alfa tuh, sebenarnya dia ga suka sama kamu zi. Dia dekat sama kamu hanya karena kasian karena dia tahu  kamu suka sama alfa zi. Dia bukan niat jahat, tapi mau buat kamu jadi temennya aja.” Ujar tammy.
“jahat banget temen kamu tam, dia kasih harapan kosong sama aku. Aku pikir dia suka sama aku maka nya aku lebih pilih dia dan mutusin clief.” ucap ku lemah.
“serius kamu zi, mutusin clief demi alfa?.” Tanya tammy.
“iya, aku emang bodoh dan akhirnya clief sekarang udah jadian sama dania. Aku piker semenjak aku pacaran sama clief kan alfa jadi berubah sama aku dia jutek.”jawabku.
“ngga zi, sebenernya dia tuh akhir-akhir ini lagi seneng deket temenan sama kamu, tapi kamu nya semenjak pacaran sama clief setiap alfa mau nyapa udah keduluan sama clief. Zi kasian banget kamu, ga tega liat kamu kaya gini. Udah yah zi kamu jangan mikirin ini lagi semua udah terlanjur kesalahan kamu. ” Ujar tammy.
“serius? Jadi dia selama ini sama aku hanya sekedar ingin berteman aja gitu? kamu nyalahin aku yang salah.” Tanya ku kesal.
“iya mungkin gitu juga zi, sewaktu kamu pacaran sama clief juga kan nissa mulai ngedeketin alfa. eits.. marah ? jangan dong, kalau marah makin cantik.” Ujar tammy menghiburku.
“jadi nissa yang deketin, aku piker alfa emang suka sama nissa. jangan gitu tam, jangan bikin aku ketawa lagi kesel nih.” Ujar ku tersenyum.
“iya, si alfa tuh banyak kasiannya sama orang.  Mereka bisa pacaran aja si nissa nya duluan yang nyatain perasaan suka nya. Karena ga enak nolak diterima deh sama alfa. bagus dong zi, jangan bête lagi. ayo ikut aku ke kantin aja yuk.” Ajak tammy.
“serius ? alfa tuh baik tapi bikin menderita dirinya sendiri. yaudah ayo, tapi trakir yah.” Jawab ku
“udah jangan di bahas lagi deh. oke, sip bos kali ini untuk menyenangkan temanku aku traktir apa aja deh.” Ujar tammy terlihat senang.
Hari-hari berlalu, akhir-akhir ini Tammy pun selalu menemaniku seharian, dengan mendengarkan setiap curhatan ku seharian penuh. Aku masih sangat menyesal dan kesal terhadap alfa yang sudah berpura-pura seperti itu. Niat baik alfa itu pun hanya membuat aku dan sahabat-sahabat ku yang lain menjadi bermasalah. Setiap bertemu alfa pun aku mencoba tersenyum seperti tidak ada masalah, dan mencoba melupakan semua yang terjadi. Nissa pun mulai baik terhadapku dia selalu tersenyum dan menyapaku setelah dia dan alfa berpacaran. Akhir-akhir ini pun tammy jadi sering datang menemuiku, dia sangat begitu dekat. Tiba-tiba dia pun menyatakan perasannya suka kepadaku, aku jelas-jelas saja menolaknya. Karena aku masih suka sama alfa dan juga aku tidak mau merusak persahabatan. Tammy pun menerima dengan baik keputusanku ini, dia tidak menjauhiku sampai sekarang pun dia masih baik dan bersahabat denganku.
Aku terkejut dengan sebuah berita yang memberitahu ku bahwa clief mengalami kecelakaan dan nyawa nya sudah tidak bisa tertolong. Kami semua pun cepat-cepat pergi ke rumah sakit, dan melihat dania yang sedang menangis di ruangan mayat, aku pun ikut bersedih. Corin, chaca, teri, dania, wieta, hana dan aku pun mncoba untuk menghiburnya. Aku tidak menyangka baru beberapa bulan aku bisa melupakan masalah ini, clief begitu saja meninggalkan ku dengan yang lain. Dania setiap harinya masih belum bisa melupakan clief dan masih menangis jika teringat clief.
Besok pun sudah mulai liburan sekolah, aku masih tidur di tempat tidurku padahal waktu sudah menunjukan pukul 09.30 pagi.
“mozi ! bangun. Udah jam berapa ini.” Teriak mama ku membangunkan.
“iyah ma, bentar lagi masih nagntuk.” Jawabku setengah mata terbuka.
“bangun dong zi, kita bantu tante rina sama alfa buat angkatin barang.” Ajak mama.
Aku pun terkejut, seketika langsung bangun dan hanya mencuci muka, langsung berlari ke luar rumah. Ternyata clief dengan keluarganya akan pindah rumah, aku berjalan mengarah ke rumah alfa. Membantu mereka sekeluarga menagngkat barang-barang.
        “zit ante sama alfa pamit ya, ntar kapan-kapan main aja ke rumah.” Ajak mama alfa.
“iya tante kenapa pindah?.” Tanyaku tak bersemangat.
“iya zi, tante pindah soalnya papa nya alfa dipindah tugaskan kerjanya di bandung. Ayo alfa pamitan dulu.” Suruh mama nya alfa.
“zi aku pamit dulu yah, kamu kapan-kapan datang aja ke rumha aku. Ntar aku jemput, dan aku minta maaf sama kesalah pahaman kamu tapi aku emang suka kamu ko tapi bukan sekarang aktu yang tepat.” Ujar alfa tersenyum.
“iya al, aku pasti ko datang ke rumah kamu. Udah jangan bahas masalah itu lagi al, udah berlalu yang penting tuh sekarang ke depannya.” Jawabku membalas senyumannya.
Alfa pun segera masuk mobil dan begitu cepat sudah meninggalkan ku, aku masih mengira semua ini seperti mimpi. Semua nya menghilang begitu saja, tammy pun muncul dari belakang dan menyuruhku untuk cepat mandi karena dia ingin mengajakku untuk menonton acara teather di sekolah. Ternyata tammy masih mengharapkan ku, tapi ku mencoba sebaik mungkin untuk tidak memberinya harapan kosong yang diberikan alfa kepadaku. Hari-hari begitu cepat berlalu, aku masih sangat senang karena aku dan sahabat-sahabat ku sudah bisa menyelesaikan masalah dengan baik secara dewasa, aku berharap persahabatanku pun selalu banyak di beri masalah agar aku pun bisa belajar dari permasalahan itu dengan baik.


Jumat, 29 April 2011

All the Theatrical (4)


       Dan dania terus saja sms ku dengan meminta maaf atas hubungannya dengan clief. Dia terus saja menghubungiku karena aku tidak membalas sms maupun mengangkat telepon nya. Aku mencoba berusaha melupakan clief dan semalaman berkhayal tentang kejadian alfa yang tadi sore. Sampai akhirnya aku ketiduran dan besok paginya aku terlambat untuk bangun pagi. aku menunggu untuk dijemput seperti biasa oleh corin, tapi setelah menunggu lama. Tiba-tiba corin sms, hari ini dia tidak bisa menjemputku untuk ke sekolah.
“gimana sih corin, udah nunggu  lama-lama gini. Dia ga jemput.” Ujar ku marah-marah sendiri di teras, yang terdengar oleh alfa saat dia mau pergi ke sekolah lewat depan rumahku.
“zi, marah-marah mulu. Ayo kita berangkat bareng aja, bentar lagi masuk loh.”kata alfa sambil tersenyum kepadaku.
“oh iya al, tunggu bentar yah aku pamitan dulu sama mama.” Kata ku dengan sedikit gelagap.
Tidak kusangka, itu pertama kalinya aku berangkat ke esekolah bersama dengan alfa. Padahal rumahku dan dia hanya di batasi oleh dua rumah saja. Cepat-cepat ku berlari keluar rumah, dan alfa bergegas untuk memberi ku helm. “teeet..teet..teet..” bel berbunyi, tapi untung saja aku dan alfa belum terlambat masuk ke sekolah.
Saat di parkiran, aku bertemu clief yang baru saja turun dari mobil merahnya. Dia melihatku dengan wajah yang sangat kesal, dan dia hanya menyapa alfa saja dan tersenyum kesal terhadapku. Aku pun jadi ikut kesal terhadap clief, aku berpikir mengapa sikapnya seperti itu seharusnya kan aku yang kesal kepadanya. Saat masuk kelas, hanya aku dan alfa saja yang datang paling terakhir. Semua teman melihatku karena berangkat bersama dengan alfa dan mulai mengejek-ejek aku dengan alfa. Mereka mengira alfa suka kepadaku dan kami disebut berpacaran. Alfa marah dengan celotehan teman-temannya, tetapi aku hanya senyum malu  dan kulihat wajah nisa yang sangat kesal terhadapku. Dia tidak senang melihatku dengan alfa, karena dia juga suka kepada alfa dan hubungan mereka pun lebih dekat daripada ku dengan alfa. Tetapi alfa tidak menyukainya, yang membuat aku pun jadi senang karena tidak ada halangan.
Pelajaran pun dimulai, saat ini aku sangat senang juga masih kesal dan terus memikirkan hubungan dania dengan clief.
“teeet…teet..teet” bel istirahat pun berbunyi. Aku, wieta dan hana pergi mendatangi kelas nya corin. Ternyata corin sudah tidak ada di kelas, dan aku pun mencarinya ke kantin. Ternyata dia sedang bersama dania juga clief yang sedang asik mengobrol.
“zi udah yuk, jangan ke kantin kita ke perpustakaan aja.” Kata wieta dengan cepat.
“kenapa wie? Kan aku mau ketemu corin. Dia ada disitu.” Kata ku dengan suara lemah.
“zi, kamu jangan nyakitin perasaan kamu sendiri deh. Aku tau kamu ga mau kesitu karena ada dania dan clief.” Ujar hana yang membujukku untuk segera pergi.
Tapi aku tidak menghiraukan, dan ikut masuk dalam pembicaraan corin, dania dan clief. Tapi wieta dan hana mereka pergi tidak mengikutiku ke kantin. Saat ku duduk, semua teridam tidak ada pembicaraan yang asik saat ku lihat dari jauh tadi. Aku pun mulai tersinggung, dan pergi lagi tanpa bicara sepatah kata pun.
Saat masuk ke kelas, ternyata aku terlambat dan sudah ada guru di dalamnya. Karena sangat kesalnya bunyi bel pun aku tidak mendengar. Akhirnya aku pun dilarang untuk masuk dalam pelajaran itu, emosi ku pun semakin memuncak. Di depan kelas ku marah-marah sendiri dan menyalahkan semua ini karena clief.
“mozi, kenapa kamu di luar?” tanya seseorang dari belakang.
Aku terkejut, ternyata itu alfa yang memanggilku.
“aku ga boleh masuk ke kelas al, telat masuk.” Jawab ku denagan lemas.
“sama dong zi, udah gausah dipikirin. Kan bukan salah clief juga kamu kaya gini.” Uajr alfa.
“ko kamu nyambung ke clief al ?” tanya ku.
“kamu tuh tadi marah-marah suaranya besar banget, makanya aku samperin kamu kesini.” Jawa alfa tersenyum.
           Sampai pelajaran berakhir pun, aku dengan alfa masih mengobrol di luar. Ini pertama kalinya alfa mengajakku mengobrol, dan saat teman-teman keluar kelas alfa sudah terdiam dan pergi begitu saja. Aku heran dengan sikap alfa yang selalu begini terhadapku, dan wieta tiba-tiba mengajakku ke kelas nya corin yang juga sekelas dengan dania.
“ngga ah wie, kan kita masih ada pelajaran.” Ucap ku tidak senang.
“ngga ko zi, kita tuh udah ga ada lagi pelajaran, hari ini Cuma setengah hari belajar.” Ajak wieta kepada ku.
Tapi aku tetap menolak, aku cepat-cepat membereskan buku dan pergi meninggalkan wieta yang ingin mengajakku untuk ke kelas corin. Ku mendatangi kelas dian, teri, juga chaca merekternyata sudah tidak ada di kelas. Aku pun semakin panik karena kupikir mereka sudah pulang dan aku tidak ada teman untuk pulang. Saat ku mau keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba tommy menarikku.
“zi jangan dulu pualng, ikut aku dulu sebentar.” Kata tommy cepat-cepat ia membawaku.
“iya tom, jangan cepat-cepat, cape tau.” Ujarku .
Ternyata tommy membawaku bertmeu dengan clief yang disitu juga sudah ada dania, corien, wieta, hana, chaca, dian juga teri, aku terkejut, buat apa mereka semua ada disini.
“ngapain aku dibawa kesini? Ada apaan ini.” Tanya ku sedikit kesal.
“jangan emosi dulu zi, aku tuh mau menyelesaikan masalah kita disini.” Kata clief kepadaku dengan menarik tanganku.
“masalah apa lagi? Emang nya kita punya masalah apa?.” Tanya ku.
“aku tau, kamu pasti marah banget sama dania karena dia usah pacaran sama aku. Kamu jangan gitu dong zi, kasian kan dania.” Ujar clief.
Aku tidak terima dengan perkataan clief, dan aku mulai marah.
“emang aku ngapain dania? Aku ga marah sama dia, lagian salah dia juga apa.” Ujar ku dengan sedikit berteriak.
“iya karena aku pacaran sama clef kan zi.” Tambah dania.
Aku semakin kesal, dan tidak bisa menahan air mata yang sudah keluar. Aku menangis dan teman-temanku yang lain menenangkan aku.
“aku udah iklas ko sama hubungan kalian, udah yah. Aku malah tambah sakit hati lagi kalau kalian jadi seperti ini.” Ujar ku sambil menangis.
Semua terdiam dan tidak ada yang berbicara, tiba-tiba clief berusaha menenangkanku agar aku berhenti menangis.
“udah zi, jangan nangis lagi. Aku mau ngomong yang sebenernya.” Ujar clief yang sambil menarik tanganku untuk segera berdiri.
“udah tembak aja sekarang clief.” Teriak tommy.
“ada apa ini, apa maksudnya?”. Tanya ku heran dan mulai berhenti menangis.
“zi aku tuh, ga pacaran sama dania. Ini tuh Cuma pura-pura aja, aku ga mungkin nyakitin kamu kaya gini.” Ujar clief.
Aku hanya diam, dan tidak bisa berbicara apa-apa.
“iya zi, jadi ini masih salah satu kejutan ulang tahun kamu yang belum beres.” Tambah corin
“jadi yang kemarin aku masukin orang ke kamu tuh, clief zi. Tapi dia udah kabur aja.” Kata chaca dengan senang.
“bukannya kabur cha, kamu nyuruh aku diam di luar rumah mozi lama banget kan aku takut, jadi deh pulang aja maaf ya jadi belum sukses, tapi sekarang sukses.” Ujar clief dengan senang.
“jadi aku minta maaf yah zi, ini kan pura-pura jangan marah sama aku lagi.” Senyum dania kepadaku.
Clief pun menyatakan rasa suka dan sayang nya kepadaku, aku hanya diam dan tersenyum akhirnya kita pun pacaran. Clief mengajakku pulang bersama berdua, kita mengobrol asik di perjalanan dan tidak mengira jadi sperti ini karena dulu kita masih bisa dibilang sahabatan. Sesampainya clief mengantarku di depan rumah, alfa terlihat tidak senang dengan hubungan ku dengan clief. Sorenya alfa tiba-tiba datang kerumah ku.
“tingg.. tonggg..” bel rumahku berbunyi terus menerus, karena tidak ada siapa-siapa akhirnya aku pun yang membukakan pintu.
“iya, tunggu sebentar.” Teriak ku.
“zi, aku pinjam buku b.inggris kamu dong ntar malem aku udah kembaliin lagi deh.” Ujar alfa dengan lemas.

All the Theatrical (3)


     “mozi sih seneng-seneng aja bisa di jodohin sama alfa, tapi si alfa nya belum tentu seneng di jodohin sama si mozi.” Tambah Chaca sambil tertawa.
Aku pun malah ikut tertawa karena ucapan chaca. Aku tak sadar, disebelah ada wieta, dia tersenyum kepada ku. Ternyata dia sudah tidak marah lagi, tapi aku minta maaf kepada wieta karena ke egoisanku kemarin.
“teeet.. tet….teet..” bel sudah berbunyi dari luar, kita masih diluar gerbang dan akhirnya terlambat gerbang pun sudah mau ditutup. Untung saja diperbolehkan masuk oleh satpam sekolah, kami pun masuk ke kelas masing-masing. Terlihat di dalam kelas suda ada guru, aku wieta dan juga hana yang kebetulan sekelas setelah masuk akhirnya kena marah juga sama guru. Terlihat nissa yang duduk disebelah wieta tersenyum kepadaku, mungkin dia sudah tidak marah juga seperti wieta. Tetapi alfa sepertinya tidak menghiraukan ku meskipun aku sudah memberi senyuman, saat pelajaran dimulai pun aku tetap berfikir apakah dia suka kepadaku. Kalau tidak suka buat apa dia selalu menanyakanku dan membalas sms ku. Aku malah bekhayal dia selama pelajaran, sampai waktu istirahat pun tiba. Aku masih tidak ada keinginan untuk pergi ke kantin, tapi tiba-tiba teman-temanku yang lain dating ke kelasku.
“”zi, mau ada yang aku omongin penting.” Ujar Corin dengan wajah serius.
“iya, ada apa in ?” ucap ku masih sedikit melamu.
“”tapi, kamu jangan marah zi, sabar sabar.” Tambah Dian
“ada apa sih ? ko aku jadi takut gini ya” ujar ku heran.
“jadi gini.. eh jangan aku deh yang bilang in” ujar Chaca
“yaudah aku yang jelasin, Dania udah jadian sama clief.” Uajr Corin memelas.
Aku lemas setelah mendengar perkataan Corin, karena clief itu adalah seorang cowo yang udah aku suka dari kelas 1 SMA. Jadi aku suka sama dia udah 3 tahun, dan sepertinya dia pun tau aku menyukainya. Tiba-tiba clief mendatangiku ke kelas.
“zi, ada yang mau aku bicarain sebentar. Keluar yu.” Ajak clief kepadaku
“oh iya” ucapku menahan kesal.
       Clief pun mengajak ku pergi kedepan kelasnya, dan tidak ku sangka ternyata disitu sudah ada dania.
“zi, aku minta maaf yah. Aku tau kamu suka sama clief udah lama. Tapi aku juga saying sama dia jadi aku gabisa tolak dia.” Ujar dania dengan nada lemah
“iya ga apa apa ko ni.” Ucap ku pasrah.
“kamu ga apa-apa kan zi, aku tau kamu suka sama aku, tapi aku suka nya dania.” Tambah clief.
“iya ga apa-apa.” Ujarku ku kesal.
“aku tau zi, kamu pasti sakit hati tentang masalah ini,karena aku kan sahabat kamu.” Ucap dania seperti memohon agar aku tidak marah.
“iya, biasa aja ni” ucap ku kecewa.
“makasih yah zi, aku pikir kamu bakalan marah” tambah clief seperti tidak merasa bersalah.
5menit berlalu, diantara kita bertiga pun tidak ada yang saling berbicara. Aku pun segera pergi dari situ.
“Teet…teet..teet…” bel masuk pun berbunyi.
“udah masuk, aku ke kelas duluan ya.” Ucapku yang langsung pergi tanpa memandang wajah dania maupun clief.
Aku sangat begitu kesal, aku tidak menyangka sahabat ku sendiri masih bisa pacaran sama orang yang udah aku suka selama 3 tahun. Aku hanya bisa melamun dikelas, dan tidak bersemangat untuk belajar. Bel pulang pun akhirnya berbunyi, aku dengan rasa malas segera ingin pulang karena tidak ingin bertemu dengan dania maupun clief. Wieta dan hana pun begitu marah terhadap dania, tapi dengan tanpa rasa bersalah mereka malah berpacaran di depanku. Aku pun hanya bisa memasang wajah senyum ceria yang ternyata hatiku sangat sakit. Di perjalanan teman-temanku tidak menghiraukan ku yang sedang kesal, mereka masih saja tetap bercanda.
Sesampai dirumah ku langsung tergeletak tidur diruang tv karena kelelahan, ku tidak sadar bahwa disebelah ada alfa dan mamanya yang seang mengobrol dengan mama ku.
“eh mozi bangun, ada tamu juga ya malah tiduran disini.” Ujar mama ku yang sambil memukulku.
“aduh ma sakit, iya maaf yah tante aku ga liat tante sama alfa ada disini.” Ucap ku senyum malu.
“oh iya zi, ga apa-apa. Kamu kaya nya lagi cape banget yah. Yaudah sana al jangan ikut ngobrol sama ibu-ibu, ngobrol aja temenin mozi yang lagi bête.” Kata mama nya alfa dengan menyuruhnya mengobrol denganku.
Aku pun bergegas berganti pakaian dan menemui alfa duduk di depan rumah. Tidak ada yang memulai pembicaraan, karena aku pun sangat tidak bersemangat untuk bersama alfa saat ini. Tiba-tiba alfa menyapa ku duluan.
“zi, kamu udah ngerjain tugas b Indonesia puisi?” Tanya alfa.
“oh belum.” Ujar ku singkat.
“kamu lagi bête ya zi, yaudah deh aku ga mau ganggu. Aku pulang dulu yah udah sore nih.” Kata alfa.
“oh yaudah, daah.” ucap ku yang masuk duluan ke dalam rumah dan meninggalkan alfa yang belum pulang.
“ga biasanya mozi nyuekin aku, dia kenapa? Kenapa aku jadi gini sama mozi ya? Apa aku suka dia?.” Tanya alfa kepada dirinya sendiri.
Aku mendengar perkataan alfa pada saat itu, aku terkejut karena berpikir senang bahwa dia sedang mengkhawatirkan aku. Aku pun segera kembali ke tersa rumah untuk menemui alfa yang aku pikir dia belum pulang. Tapi ternyata dia udah pulang dan dia lupa meninggalkan jaketnya di rumahku. Tapi mama nya malah menyuruhku untuk mengembalikannya besok, aku semakin berpikir bahwa alfa sudah mulai menyukaiku.

All the Theatrical (2)


       Aku pun disitu mulai marah-marah kepada yang lain.
“jadi intinya gimana nih ? kalian tuh mau ngundang band apa? Ga beres-beres tau ga.”
Ujarku yang tak bisa menahan emosi.
“ga usah nyolot deh. Yang sibuk bukan kamu doing disini” kata Nisaa. Dia itu adalah ketua osis di sekolah kami.
“apa masalah kamu nis ?” balas ku
“gini ya zi, gausah campurin urusan pribadi disini oke.” Ujar dia kesal.
“masalah pribadi ? emang nya aku atau pun kamu punya masalah apa nis ?” ujar ku dengan nada sindir.
“kamu kalau emang mau pergi disini, keluar aja deh ganggu rapat kita aja.” Ucap nisaa denga sedikit teriak mengusirku. Semua anggota osis disitu terkejut dengan perkataannya yang memang menyebalkan karena dia memang kurang disukai sebagai ketua osis disekolah.
“terserah deh nis, pergi sekarang. Ayoo !” ucap ku sambil menyuruh yang lain segera pergi.
Tapi Wieta, malah duduk dan tidak mau pergi. Dia malah memarahiku karena ku tidak bertanggung jawab dengan masalah rapat ini. Karena ku sangat emosi, ku langsung tinggalkan dia dengan pergi bersama yang lain menuju mobil.
“zi, wieta kita tinggalin aja nih yakin?” kata Dania dengan suara lesuh.
“dia kan mau nya kaya gitu. Dia harusnya mikir dong antara masalah gue am nisaa” kata ku menahan emosi.
“udah.. stop! Jangan dilanjtuin lagi, lagian yah si wieta tuh bukannya ngebela si mozi di depan nisaa.” Tambah Hana.
“aaaaaaaaah ! udah yah, yonna kamu sama nya aja memperkeruh suasana”tambah Corin.
“jadi apa ngga nih kita nonton konsernya, kok jadi malah berantem gini”? ujar Dian mencoba menenangkan.
“ayoo ! Cha tancap gas. ” semangat Dania
Diperjalanan kita terdiam lumayan lama, mungkin karena kejadian tadi dan karena wieta juga ga ikut. Dania dan Yonna mencoba menghibur tapi tetap saja semua terdiam dan terlihat kesal. Dua jam diperjalanan akhirnya kita sampai di tempat tujuan yaitu Istora Senayan.
Setelah sampai mereka tiba-tiba minta maaf kepada ku, Karena hari ini adalah hari ulang tahun ku dan mereka tidak mau membuatku merasa kecewa. Aku pun mencoba melupakan hal yang sudah terjadi dan mengajak yang lain untuk bersenang-senang saja untuk saat ini.
      Kita pun segera masuk ke dalam stadium, dan aku mendapatkan tempat duduk  di ujung dengan dua bangku kosong disebelah ku yang belum diduduki oleh orang. Setengah jam ku menunggu untuk acara mulai, yang lain masih saja asik mengobrol dan aku tidak di hiraukan oleh mereka.
Saat acara sudah akan dimulai, dua orang lewat di depanku. Dengan satu orang yang menginjak kaki ku dengan keras.
“Aaaaaawww ! hati-hati dong jalannya.” Teriak ku kesakitan.
“aduh, maaf yah aku ga liat di situ ada orang.” Ujar orang yang menginjak kaki ku tadi, dan langsung duduk di sebelahku.
“sepertinya aku kenal suara nya” ujar ku dalam hati
Konser pun telah dimulai, aku terhanyut dalam acara konser itu dan tidak mempedulikan lagi kejadian tadi. Semua terlihat senang akan konser nya, tapi tiba-tiba orang disebelahku terdengar seperti sedang membicarakanku. Sewaktu aku akan menyapa mereka berdua, acara konser pun kebetulan sudah selesai dan gemerusuh orang-orang yang ingin keluar dari stadium. Akhirnya aku kehilangan mereka dan mengejarnya keluar, di ikuti dengan teman-temanku yang lain dari belakang. Aku mencoba untuk berteriak memanggil mereka berdua.
“hey kalian beruda tunggu.” Teraik ku sambil berlari.
Saat mereka berdua menoleh kebelakang, aku terkejut. Ternyata mereka berdua Alfa dan Tami yang satu sekolah dengan ku juga. Alfa itu sekelas dengan ku, dia itu orang yang saat ini aku suka.
“ada apa zi, manggil kita?” ujar Tami.
“oh ngga tam, ga ada apa-apa.” Ucap ku dengan wajah malu.
“hahaa.. malu tuh si mozi tam, dia ga jadi ngomong gara-gara ada temen kamu si Alfa” sambung Hana dari belakang.
Tapi aku sedikit kecewa, karena wajah Alfa sepertinya tidak begitu senang denganku. Entah masalahnya apa,mungkin karena dia tahu aku menyukainya. Jadi dia sedikit tidak enak terhadapku dan juga teman-teman yang lain. Karena aku merasa malu akhirnya aku pamit duluan untuk pulang dan meninggalkan teman-teman juga mereka berdua.
          Ke esokan harinya, pagi-pagi ku sudah bangun bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan menunggu jemputan dari Corin.
Tiin..tiinn… ! bunyi mobil Corin sudah terdengar dari depan, dan aku pun cepta-cepat keluar dengan berpamitan terlebih dahulu dengan mama ku yang sedang mengobrol dengan mama nya Alfa.
“lama deh zi.” Ujar Dania
“ya maaf ni, aku kan kesiangan gara-gara kemarin pulan kemaleman. Kalian enak bisa bangun pagi-pagi.” Ujar ku sambil mengunyah roti karena tidak sempat untuk sarapan.
“zi, kaya nya mama kamu sama mama nya alfa udah deket banget, awas tuh di jodohin” ujar corin sambil menyetir.

All the Theatrical (1)


Tiba-tiba aku terbangun dari sebuah mimpi yang buruk. Kulihat jam dinding yang berada di dekatku, dan waktu masih menunjukkan pukul 02.00. reaksi dari mimpi itu pun membuatku susah untuk terlelap kembali. Sedikit perasaan takut malam itu karena sedang mati lampu, handphone ku lowbet, dan dirumah tidak ada siapa-siapa karena orang tuaku sedang berlibur ke luar kota,  tidak ada cahaya sedikit pun disini. “Mozi.. cepat kesini !” tiba tiba terdengar suara seperti itu dari luar.
Ku terdiam, tak berani beranjak dari tempat tidurku, “Mozi.. ayoo keluar !” suara itu pun menyuruhku kembali untuk keluar dari kamar. Aku tetap berdiam di tempat tidurku dan mencoba memejamkan mataku agar bisa tidur kembali. Tapi perasaan tidak nyaman muncul disini, kaki ku rasanya ingin bergerak menemui suara yang memanggilku tadi. Dengan sikap berani pun aku beranikan diri untuk beranjak dari tempat tidurku, dengan tersandung-sandung dan berusaha untuk keluar dari kamar karena semua ruangan gelap tidak ada cahaya sedikit pun. “akhirnya ketemu juga ini pintu” ujarku dengan nafas cepat.
Saat ku buka pintu kamar dengan celah sedikit ku mengintip, aku terheran ada sebuah lilin yang menyinari ruang makan. “siapa yang menyalakan lilin itu?” dengan suara pelan dan rasa tidak peduli ingin segera menutup pintu kamarku kembali dan segera tidur. Tiba-tiba saat ku mau menutup kembali pintu kamarku, disudut kursi meja makan terlihat seorang perempuan berambut panjang yang sedang duduk dan menutupi muka nya. “mba, ngapain disitu? Bikin takut aja. temenin dong takut nih sendiri tidur di kamar” teriak ku menyampiri.
“kenapa sih ? jawab dong kalau orang lagi ngomong tuh!” dengan nada kesal.
 jalanku terhenti dan berfikir “itu siapa? Mba ku kan masih kuliah di bandung ya ?” dengan gelagap dan berlari menuju kamar. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan membawaku duduk disamping perempuan yang ku sangka kaka ku tadi.
“setan.. setan.. mama !”teriak ku sedikit mengeluarkan air mata. Perempuan itu dengan muka pucatnya melotot dan marah-marah.
“Mozi ! apa kau ingat ini hari apa ?” ujar setan itu terhadapku
“Hari sabtu, ini malam minggu bukan malam jumat kali.” Jawabku dengan lantang.
“kamu ga takut sama aku Mozi ?” dengan suara seperti mencoba menakut-nakutiku.
“aaaaaaaaaah !.”teriak ku menangis yang tak berani menatap muka setan itu.
Dua orang disebalahku yang sedang memegang tanganku, tertawa dengan pelan. Dan perempuan yang di depanku pun juga begitu. Awal nya muka seram pun karena dia tersenyum senyum membuat ku sedikit mengenal wajah itu.
Lama ku berpikir, ku tarik rambut perempuan itu.
“aaaaah ! ternyata kamu wie.” Teriak ku sambil melempar wig itu ke mukanya.
Plaaaakk ! sebuah tamparan dan telor yang di lempar ke badanku dari belakang juga ditambah terigu dan air kotor, mereka siram semua kebadanku yang mungil ini.
Ternyata orang yang menarik ku tadi itu, sahabat ku Diana dan Hana. Mereka bertiga memang paling yang banyak tingkah dan suka menjaili sahabat-sahabat ku yang lain.
“Kejutan .. !! selamat ulang tahun Mozi.” Ucap mereka bertiga serempak.
Ternyata hari ini adalah ulang tahun aku yang ke 17, sahabat-sahabatku pun dating dari arah belakang membawa kue ulang tahun yang tidak cukup besar tapi terlihat enak dengan lilin yang berbentuk angka 17. Mereka membawa kue dengan bernyanyi-nyanyi selamat ulang tahun untukku. Aku sangat senang mempunyai sahabat-sahabat seperti mereka yang sudah hampir 10 tahun selalu ada menghiburku disaat seperti ini contohnya.
“Corin, Dian, Dania, Chaca, Teri, Wieta, Hana makasih kejutan kalian.” Ucap aku sambil menangis senang.
“amit-amit, lebay banget sih zi.” kata Corin sambil menyenggol-nyenggol Dania yang disebelahnya.
“apaan sih nyenggol-nyenggol in?” kata Dania bingung yang sedang mikir sesuatu.
“ih lemottt ah lamaaa daniaaaa.” Teriak Corin sebal.
“Cha, bawa aja suruh masuk kesini” tambah Teri
“heh ! tunggu cha. Mau masukin siapa  ? perasaan kita udah lengkap deh. Jangan macem-macem yah cha, ini dirumah Cuma aku sendiri yang tanggung jawab” ujar ku terheran sambil menuju ke kamar mandi.
“ngga zi, ini kejutan kita yang ke dua, eh .. ke tiga deh ” tambah Ayu yang menahan ku untuk kabur ke kamar mandi.
            Chaca pun menuju ke arah pintu luar, dan aku pun langsung segera lari menahan Chaca. Karena takut mereka melakukan hal aneh lagi, yang ini saja aku pun belum bertanya mengapa bisa masuk ke rumah ku.
“apaan sih zi, bentar dong kasian ada orang yang nunggu diluar.” Ujar Chaca sambil menyeret ku keluar.
Chaca pun mondar-mandir keliling rumahku dengan wajah yang panik, dan berlari masuk ke dalam aku pun di tinggal olehnya sendiri di luar.
“ih kemana dia han ?”Tanya Chaca.
“kemana apanya Cha ?” Tanya hana heran.
“Clief ! si clief kemana? Di luar dia ga ada loh ?” wajah Chaca mulai panik.
“ah. Parah-parah itu orang main kabur aja, bentar deh aku sms dulu.” Tambah Corin.
Aku pun segera masuk karena di tinggal oleh Chaca, yang aku kira dia menyuruh aku tunggu dia diluar, tapi chaca malah kabur aja masuk kedalam dan ngga balik-balik lagi.
“kalian tuh lagi ngeributin apaan sih ?” Tanya ku kepada mereka.
“kamu ga denger si Chaca nyebutin nama orang tadi ?” Tanya Wieta kepada ku.
“apaan sih ? ga ngerti. Gaku aja di tinggal sama dia di luar” ujar ku
“hehe .. iya lupa zi, maaf ya” senyum Chaca.
“yaudah deh, aku mandi dulu. Gakuat badan udah bau gini gara-gara ulah kalian.” Ucap ku sambil bergegas pergi ke kamar mandi.
Di ruang tamu mereka berdebat mengenai masalah tadi, tetapi tidak ada yang mau memberitahuku dulu apa yang mereka rencanakan. Akhirnya aku pun  sudah selesai membersihkan badan ku yang kotor dan bau tadi dan melanjutkan acara ulang tahunku, yang waktu masih menunjukkan pukul 04.00 pagi.
Aku pun bertanya-tanya mengapa mereka bisa merencanakan semua ini, ternyata orang tua ku sengaja pergi berlibur karena ingin aku seharian di rumah bersama sahabat-sahabat ku yang akhirnya bisa berkumpul lagi bersama-sama dengan lengkap tidak ada yang kurang.
“eh acting kamu tadi jelek wie. hahahaha” tertawa ku dengan puas.
“jelek ! tapi hebat yah bisa buat kamu nangis ketakutan kaya gitu zi” sindir wieta kepada ku.
“idih .. bukan nya takut tapi ..” belum ku beres berbicara, Hana sudah menambahakan pemciraan ku dengan berkata.
“tapi mata si mozi kelilipan keluar air mata liat muka wie yang jelek.” Ucapnya dengan suara yang  semangat.
“makasih han, tau aja aku mau ngomong apa” ucap ku sambil menahan tawa.
Semua pun tertawa, hanyut dalam obrolan canda yang lain. Hingga waktu pun sudah menunjukkan waktu 10.00 pagi. Dan kita pun merencanakan perayaan ulang tahun ku untuk menonton konser boyband SHINee di Senayan. Kami pun bergegas pergi dengan berangkat menggunakan mobil milik Corin.
Mereka semua sebenarnya tidak suka lagu korea, tapi mereka tau aku suka sekali lagu korea mereka mau menontonnya demi untuk membuat ku senang.
Karena konser pun masih lama, kami pun sebelum sampai di Senayan pergi ke sekolah untuk kumpul osis mengenai acara pensi untuk minggu depan yang akan datang. Kebetulan kami semua adalah anggota osis di sekolah, tapi jarang kami bisa berkumpul bersama karena tugas-tugas sekolah yang menumpuk dan tidak ada waktu untuk kita bermain.
Hal-hal yang kami bicarakan dan perdebatan pun cukup banyak sehingga tak terasa waktu terbuang begitu cepat dan waktu sudah menunjukkan jam 15.00 sore, aku pun panik karena acara nya mulai pada pukul 18.00 tapi kita harus sudah memasuki acara konser pukul 17.00 sore. Dan kami masih memperdebatkan masalah band yang akan kami undang untuk acara pensi nanti