Jumat, 29 April 2011

All the Theatrical (1)


Tiba-tiba aku terbangun dari sebuah mimpi yang buruk. Kulihat jam dinding yang berada di dekatku, dan waktu masih menunjukkan pukul 02.00. reaksi dari mimpi itu pun membuatku susah untuk terlelap kembali. Sedikit perasaan takut malam itu karena sedang mati lampu, handphone ku lowbet, dan dirumah tidak ada siapa-siapa karena orang tuaku sedang berlibur ke luar kota,  tidak ada cahaya sedikit pun disini. “Mozi.. cepat kesini !” tiba tiba terdengar suara seperti itu dari luar.
Ku terdiam, tak berani beranjak dari tempat tidurku, “Mozi.. ayoo keluar !” suara itu pun menyuruhku kembali untuk keluar dari kamar. Aku tetap berdiam di tempat tidurku dan mencoba memejamkan mataku agar bisa tidur kembali. Tapi perasaan tidak nyaman muncul disini, kaki ku rasanya ingin bergerak menemui suara yang memanggilku tadi. Dengan sikap berani pun aku beranikan diri untuk beranjak dari tempat tidurku, dengan tersandung-sandung dan berusaha untuk keluar dari kamar karena semua ruangan gelap tidak ada cahaya sedikit pun. “akhirnya ketemu juga ini pintu” ujarku dengan nafas cepat.
Saat ku buka pintu kamar dengan celah sedikit ku mengintip, aku terheran ada sebuah lilin yang menyinari ruang makan. “siapa yang menyalakan lilin itu?” dengan suara pelan dan rasa tidak peduli ingin segera menutup pintu kamarku kembali dan segera tidur. Tiba-tiba saat ku mau menutup kembali pintu kamarku, disudut kursi meja makan terlihat seorang perempuan berambut panjang yang sedang duduk dan menutupi muka nya. “mba, ngapain disitu? Bikin takut aja. temenin dong takut nih sendiri tidur di kamar” teriak ku menyampiri.
“kenapa sih ? jawab dong kalau orang lagi ngomong tuh!” dengan nada kesal.
 jalanku terhenti dan berfikir “itu siapa? Mba ku kan masih kuliah di bandung ya ?” dengan gelagap dan berlari menuju kamar. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan membawaku duduk disamping perempuan yang ku sangka kaka ku tadi.
“setan.. setan.. mama !”teriak ku sedikit mengeluarkan air mata. Perempuan itu dengan muka pucatnya melotot dan marah-marah.
“Mozi ! apa kau ingat ini hari apa ?” ujar setan itu terhadapku
“Hari sabtu, ini malam minggu bukan malam jumat kali.” Jawabku dengan lantang.
“kamu ga takut sama aku Mozi ?” dengan suara seperti mencoba menakut-nakutiku.
“aaaaaaaaaah !.”teriak ku menangis yang tak berani menatap muka setan itu.
Dua orang disebalahku yang sedang memegang tanganku, tertawa dengan pelan. Dan perempuan yang di depanku pun juga begitu. Awal nya muka seram pun karena dia tersenyum senyum membuat ku sedikit mengenal wajah itu.
Lama ku berpikir, ku tarik rambut perempuan itu.
“aaaaah ! ternyata kamu wie.” Teriak ku sambil melempar wig itu ke mukanya.
Plaaaakk ! sebuah tamparan dan telor yang di lempar ke badanku dari belakang juga ditambah terigu dan air kotor, mereka siram semua kebadanku yang mungil ini.
Ternyata orang yang menarik ku tadi itu, sahabat ku Diana dan Hana. Mereka bertiga memang paling yang banyak tingkah dan suka menjaili sahabat-sahabat ku yang lain.
“Kejutan .. !! selamat ulang tahun Mozi.” Ucap mereka bertiga serempak.
Ternyata hari ini adalah ulang tahun aku yang ke 17, sahabat-sahabatku pun dating dari arah belakang membawa kue ulang tahun yang tidak cukup besar tapi terlihat enak dengan lilin yang berbentuk angka 17. Mereka membawa kue dengan bernyanyi-nyanyi selamat ulang tahun untukku. Aku sangat senang mempunyai sahabat-sahabat seperti mereka yang sudah hampir 10 tahun selalu ada menghiburku disaat seperti ini contohnya.
“Corin, Dian, Dania, Chaca, Teri, Wieta, Hana makasih kejutan kalian.” Ucap aku sambil menangis senang.
“amit-amit, lebay banget sih zi.” kata Corin sambil menyenggol-nyenggol Dania yang disebelahnya.
“apaan sih nyenggol-nyenggol in?” kata Dania bingung yang sedang mikir sesuatu.
“ih lemottt ah lamaaa daniaaaa.” Teriak Corin sebal.
“Cha, bawa aja suruh masuk kesini” tambah Teri
“heh ! tunggu cha. Mau masukin siapa  ? perasaan kita udah lengkap deh. Jangan macem-macem yah cha, ini dirumah Cuma aku sendiri yang tanggung jawab” ujar ku terheran sambil menuju ke kamar mandi.
“ngga zi, ini kejutan kita yang ke dua, eh .. ke tiga deh ” tambah Ayu yang menahan ku untuk kabur ke kamar mandi.
            Chaca pun menuju ke arah pintu luar, dan aku pun langsung segera lari menahan Chaca. Karena takut mereka melakukan hal aneh lagi, yang ini saja aku pun belum bertanya mengapa bisa masuk ke rumah ku.
“apaan sih zi, bentar dong kasian ada orang yang nunggu diluar.” Ujar Chaca sambil menyeret ku keluar.
Chaca pun mondar-mandir keliling rumahku dengan wajah yang panik, dan berlari masuk ke dalam aku pun di tinggal olehnya sendiri di luar.
“ih kemana dia han ?”Tanya Chaca.
“kemana apanya Cha ?” Tanya hana heran.
“Clief ! si clief kemana? Di luar dia ga ada loh ?” wajah Chaca mulai panik.
“ah. Parah-parah itu orang main kabur aja, bentar deh aku sms dulu.” Tambah Corin.
Aku pun segera masuk karena di tinggal oleh Chaca, yang aku kira dia menyuruh aku tunggu dia diluar, tapi chaca malah kabur aja masuk kedalam dan ngga balik-balik lagi.
“kalian tuh lagi ngeributin apaan sih ?” Tanya ku kepada mereka.
“kamu ga denger si Chaca nyebutin nama orang tadi ?” Tanya Wieta kepada ku.
“apaan sih ? ga ngerti. Gaku aja di tinggal sama dia di luar” ujar ku
“hehe .. iya lupa zi, maaf ya” senyum Chaca.
“yaudah deh, aku mandi dulu. Gakuat badan udah bau gini gara-gara ulah kalian.” Ucap ku sambil bergegas pergi ke kamar mandi.
Di ruang tamu mereka berdebat mengenai masalah tadi, tetapi tidak ada yang mau memberitahuku dulu apa yang mereka rencanakan. Akhirnya aku pun  sudah selesai membersihkan badan ku yang kotor dan bau tadi dan melanjutkan acara ulang tahunku, yang waktu masih menunjukkan pukul 04.00 pagi.
Aku pun bertanya-tanya mengapa mereka bisa merencanakan semua ini, ternyata orang tua ku sengaja pergi berlibur karena ingin aku seharian di rumah bersama sahabat-sahabat ku yang akhirnya bisa berkumpul lagi bersama-sama dengan lengkap tidak ada yang kurang.
“eh acting kamu tadi jelek wie. hahahaha” tertawa ku dengan puas.
“jelek ! tapi hebat yah bisa buat kamu nangis ketakutan kaya gitu zi” sindir wieta kepada ku.
“idih .. bukan nya takut tapi ..” belum ku beres berbicara, Hana sudah menambahakan pemciraan ku dengan berkata.
“tapi mata si mozi kelilipan keluar air mata liat muka wie yang jelek.” Ucapnya dengan suara yang  semangat.
“makasih han, tau aja aku mau ngomong apa” ucap ku sambil menahan tawa.
Semua pun tertawa, hanyut dalam obrolan canda yang lain. Hingga waktu pun sudah menunjukkan waktu 10.00 pagi. Dan kita pun merencanakan perayaan ulang tahun ku untuk menonton konser boyband SHINee di Senayan. Kami pun bergegas pergi dengan berangkat menggunakan mobil milik Corin.
Mereka semua sebenarnya tidak suka lagu korea, tapi mereka tau aku suka sekali lagu korea mereka mau menontonnya demi untuk membuat ku senang.
Karena konser pun masih lama, kami pun sebelum sampai di Senayan pergi ke sekolah untuk kumpul osis mengenai acara pensi untuk minggu depan yang akan datang. Kebetulan kami semua adalah anggota osis di sekolah, tapi jarang kami bisa berkumpul bersama karena tugas-tugas sekolah yang menumpuk dan tidak ada waktu untuk kita bermain.
Hal-hal yang kami bicarakan dan perdebatan pun cukup banyak sehingga tak terasa waktu terbuang begitu cepat dan waktu sudah menunjukkan jam 15.00 sore, aku pun panik karena acara nya mulai pada pukul 18.00 tapi kita harus sudah memasuki acara konser pukul 17.00 sore. Dan kami masih memperdebatkan masalah band yang akan kami undang untuk acara pensi nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar